Minggu, 12 April 2015

Leave a Comment

Ekonomi Meningkat, Tapi Masih Lambat


Tekanan yang melanda ekonomi global dan masalah domestik tidak menghambat perkembangan perekonomian nasional. Ekonomi Indonesia sepanjang kuartal I 2015 tetap tumbuh, kendati melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, pemerintah harus segera menggeber program-programnya jika ingin mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7%.
Bank Indonesia (BI) menganalisis pertumbuhan ekonomi selama tiga bulan pertama 2015 berada sedikit di atas 5%. "Kami lihat di kuartal satu dan kuartal dua, pertumbuhan ekonomi masih di atas 5%," kata Agus Martowardojo, Gubernur BI, Jumat (10/4). Sepanjang kuartal I-2014, ekonomi nasional tumbuh 5,21% dan di periode sama 2013 sebesar 6,03%.
Menurut Agus, ekonomi tumbuh lebih pelan karena belum adanya perbaikan berarti. Arah angin ekonomi global masih ditentukan oleh perbaikan ekonomi Amerika Serikat (AS). Sedang pertumbuhan ekonomi di negara bagian lain tidak terlalu menggembirakan yang terlihat dari harga komoditi yang melemah. Walhasil, kinerja ekspor dan impor tidak akan memuaskan.
Catatan Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia selama Januari-Februari 2015 hanya US$ 25,64 miliar, turun 11,92% dibandingkan dengan dua bulan pertama 2014 yang mencapai US$ 29,11 miliar. Pada periode yang sama, impor tahun ini hanya US$ 24,16 miliar atau turun 15,83% dari tahun lalu.
Tiga komponen impor utama untuk mendongkrak pertumbuhan juga turun hingga dua digit. Impor bahan baku atau penolong, barang modal, dan barang konsumsi mengalami penurunan masing-masing sebesar 12,88% menjadi US 18,38 miliar, 16,08% menjadi US$ 4,17 miliar, dan 14,36% menjadi US$ 1,61 miliar.
Lumayan baik
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama kuartal pertama tahun ini, masih bertumpu pada konsumsi rumah tangga. Akan tetapi, konsumsi rumah tangga pun terindikasi mengalami penurunan yang tajam. Hal tersebut terlihat dari penurunan pajak selama tiga bulan awal 2015.
Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan (Kemkeu) mencatat penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) pada Januari-Maret 2015 hanya sebesar Rp 81,65 triliun. Angka ini turun drastis 20,83% dibandingkan hasil di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 103,14 triliun.
Penurunan konsumsi juga terlihat dari tren inflasi di tahun ini. Indonesia pertama kali mengalami inflasi bulanan baru pada Maret, yang sebesar 0,17%. Sedangkan pada dua bulan pertama tahun ini yang terjadi justru deflasi. Faktor utama penyebab inflasi pada Maret adalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium sebesar 4,01%. Namun Bambang berkilah pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama tahun ini yang sebesar 5% sudah merupakan pencapaian yang baik.
"Negara-negara lain itu tumbuh 1%-2%. Jadi walaupun kita tumbuh cuma 5% itu sudah bagus," kata Bambang. Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih memprediksikan, pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun ini mencapai 5,06%. Tapi angka itu mempertimbangkan pengeluaran pemerintah yang cukup besar. Kenyataannya, belanja pemerintah selama tiga bulan pertama tersendat akibat penurunan penerimaan pajak.
Di sisi lain, konsumsi masyarakat juga melemah selama tiga bulan pertama tahun ini akibat kenaikan harga sejumlah barang dan jasa. "Sehingga rasanya pertumbuhan ekonomi kemungkinan di bawah 5%," kata Lana.
Pertumbuhan ekonomi akan terdorong konsumsi masyarakat yang akan meningkat pada kuartal kedua tahun ini menjelang persiapan puasa dan Lebaran. Namun, Lana masih khawatir, pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun ini pun tak sebaik pada periode sama tahun 2014 jika pemerintah tak bergerak cepat. Ia menyarankan pemerintah segera merealisasikan anggaran belanja. Proyek-proyek infrastruktur yang sudah terencana di APBNP 2015 harus segera dimulai.
Sumber : www.kontan.co.id

0 komentar:

Posting Komentar